Senin, 14 Maret 2011

HAKIKAT DAN ARTI SEBUAH KATA "GURU"

GURU ……………………………………………….
"Digugu dan ditiru", itulah guru, 
Ungkapan lama yang memang menjadi dasar bagaimana dan siapa orang-orang yang telah dididiknya, menjadi siapakah "mereka", seperti apakah mereka, turur katanya, akhlaknya, dan kemampuan pedagogik beserta kompetensi yang telah ditirunya dari seorang guru. 
Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian,dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan pelajaran. 
Menjadi guru kalau “benar-benar guru” itu cukup berat dan mulia, karena tugas guru adalah ada dua yaitu mengajar dan mendidik. Kalau mengajar gampang, semua orang bisa, tetapi tugas guru yg berat adalah “mendidik”, karena tidak semua orang/guru mampu mendidik.

Kalau mengajar sasarannya adalah otak, dari siswa tidak bisa matematika, jadi bisa, dari tidak bisa bahasa inggris jadi bisa, dst. Itu semua dari hasil belajar. Sedangkan kalau mendidik sasarannya adalah “hati”. Hasil pendidikan bisa dilihat dari sikap, moral atau akhlaknya.

Untuk membentuk sikap yang baik ini sangat berat, perlu contoh suri tauladan dari guru dan harus selalu dikontrol dan selalu diingatkan. Seorang guru jangankan untuk mendidik sekian banyak siswa, mendidik satu orang yaitu dirinya sendiri sangat berat, yaitu harus selalu menjadi suri tauladan untuk siswa-siswanya.
Tetapi bagi “yang benar-benar guru” hal ini harus selalu dilakukan. Oleh karenanya menjadi guru itu sangat berat tetapi mulia. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.

Menjadi guru juga bukan sesuatu yang gampang.
Menjadi guru bukan pekerjaan mentereng.
Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap.

Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri., sebab mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung.

Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan. Merekalah sumber cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik mereka.

Dari gurulah kita belajar mengeja kata dan kalimat. Pada gurulah kita belajar lamat-lamat bahasa dunia. Lewat guru, kita belajar budi pekerti, belajar mengasah hati, dan menyelami nurani. Lewat guru pula kita mengerti tentang banyak hal-hal yang tak kita pahami sebelumnya.

Apabila seorang pendidik ikhlas di jalan Allah mengarahkan anak-anak pada kebaikan, akhlak yang baik maka dia akan mendapatkan kebaikan didunia dan akhirat. Teman, jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru.

Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan Ibu/Bapak dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang berbeda disana. 


Cobalah! dan Rasakan!



Kembali Ke Halaman Utama (HOME)

0 komentar:

Posting Komentar

CARI ARTIKEL DAN TULISAN

Loading

SELAMAT DATANG

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More